Kamis, 26 Juli 2012

Friday Music Yuhuuu!!!!

Yowasap guys.. Mulai sekarang setiap hari Jum'at and Sabtu Malam ... blog yang gak terkenal di kalangan sesuatu yang bernyawa ini akan membahas video-video yang pastinya kan menghibur dan yang pastinya gak ada readers nya. 

Just watch and Happy 




wasallam, Dian Sastro

Rabu, 25 Juli 2012

Watch Out !!!

Olla Kawan... Maaf banget buat kalian yang udah nanya-nanya "Anggi kapan nih ngePost lagi?"  Okesip ini bohong....


Gw lupaa KATA SANDI gw bray... 
terus juga bakalan ada renovasi gitu di blog gue tungguin aja yah *ngomongsendiriT__T


oiya Maaf Lahir Batin yah... dadah gw lg malas ngepost nih lagi di medan perang.... dadah *kissbyedalamhati*

Jumat, 08 Juni 2012

RAMALAN *sesat*

Lagi iseng ngesearch di twitter gue ngeliat twitnya @pelajar_bodoh ada sebuah ramalan. sebenernya sih kalo ramalan tentang gue yg baik" gue berminat buat baca tapi kalo yg jelek" itu pasti Fitnah dan MUSRIKKK.

Jadi buat lo Readers yg ganteng dan cantik(?) 
nih link nya 


pertama gue ngecek pake nama panjang ANGGI SASTRO WARDOYO  ANGGI KUSUMA LESTARI

alhasil lumayan lah 



Begitu yang kedua Alhamdullilah :)


Pas yang terakhir .....





JANGAN PERNAH PERCAYA PADA RAMALAN INI SEMUA KEBOHONGAN BESAR 





Sabtu, 02 Juni 2012

Puisi yang Romantis(?)

Oke Bray karena ini sabtu malam, buat yg mau ngegombalin pacarnya nih gue kasih puisi ajib 


SUARA MALAM

Malam telah mendorong senja, kasih
Matahari telah malu-malu merunduk 
Memberikan cahaya pada kekasih sang bulan

Suara-suara memekakkan senja
Telah dipecah oleh seekor jangkrik
Burung-burung pulang ke sarang untuk bernyanyi riang esok....

Apakah engkau duduk dengan senyum mu 
Yang selembut sutramalam ini kasih?
Rapuhkah malam ini ?

Walau hanya mimpi dan harapan yang terlontarkan

Seorang wanita nan jelita
Tersenyumkah dikau padaku?

Ku goyahkan malam ini dengan suara gitar nan merdu
Untuk kekasihku nan jelita

Suara malamku kasih
Penuntun dalam mimpi indahmu

Okesip readers 
puisi karya gue semoga bermanfaat.

Rabu, 30 Mei 2012

Lirik lagu Phineas and Ferb Opening

Indonesian Version


104 hari libur musim panas,
sekolah pun akhirnya libur,
masalah generasi, setiap tahunnya mencari cara tuk lewati...

seperti...
buat roket
bertarung dengan mummy
dan memanjat menara eiffel

menemukan sesuatu yang baru
atau memandikan si monyet...

selancar di ombak
buat banana bots
temukan otak frankenstain

lihat burung dodo
mengecat lapangan
dan buat semua gila...

dan lihatlah banyak hal yang dilakukan sebelum sekolah mulai....
tetaplah bersama phineas dan ferb lakukan semuaa....
tetaplah bersama phineas dan ferb lakukan, semu aaa..




English Version


There's 104 days of summer vacation
And school comes along just to end it
So the annual problem for our generation
Is finding a good way to spend it

Like maybe...
Building a rocket
Or fighting a mummy
Or climbing up the Eiffel Tower

Discovering something that doesn't exist 
Or giving a monkey a shower

Surfing tidal waves
Creating nanobots
Or locating Frankenstein's brain 

Finding a dodo bird
Painting a continent
Or driving your sister insane 

As you can see
There's a whole lot of stuff to do
Before school starts this fall 

So stick with us 'cause Phineas and Ferb
Are gonna do it all
So stick with us 'cause Phineas and Ferb are
Gonna do it all!

Keep Enjoy

Selasa, 29 Mei 2012

Identity card from my blog buddy


Ladies and Gentlemen 
This is Identity card from Catatan Bego Anggi 



How freak i am ???
hah just be a creative people buddy


keep enjoy 

Senin, 28 Mei 2012

Puisi Buddy


Balada Anak Jalanan

Angin malam nan menusuk tulang
Basahnya jalanan ini menjadi tempat aku berbaring
Inilah aku anak jalanan….

Tertidur diiringi suara merdu kota yang memekakkan
Suara jerit dan tangis seperti teredam oleh kota besar ini
Inilah aku anak jalanan….

Siang nan panas kami berjalan menjual suara
Menuju setiap insan dan menghibur dengan riang
Inilah aku dan hidupku yang malang
Seperti binatang jalang

Tanpa ibu dan tempat singgah
Beratap awan beralas tanah
Jalanan adalah saksi Tangis dan tawa

Jalanan adalah selimut hangat yang dingin
Inilah aku anak jalanan menunggu pagi dan petang.

Minggu, 27 Mei 2012

Sepenggal salam dari Dunia Maya

Sebelumnya gua mau ngasih salam perpisahan buat bang Alit Susanto (@shitlicious) mungkin sepenggal kisah pamitnya bisa kawan baca di sini Good Bye Jakarta. Hidup bang alit emang pasti udah berubah di jakarta mungkin sebuah keberuntungan besar buat dia, dia bisa mendapat kan apa yang dia mau, uang, popularitas, dll. tapi seperti yang kawan tau dia nggak ngerasa bahagia, dia hanya dapat kesenangan. Mungkin sebagian karir nya terukir di dunia maya. nah ini lah yang akan gua bahas. 


Dunia maya itu ibarat transportasi menuju popularitas. gimana sih caranya orang kenal Arif Muhammad (@poconggg) kalo gak ada twitter ? atau gimana sih caranya orang kenal Bena Kribo (@benakribo) kalo gak ada blog? 


Setiap orang yang udah tau apa itu dunia maya pasti pengen populer. gak jauh-jauh gue aja contohnya. gue mati-matian nyari followers di twitter berharap gue bisa kaya Bena, Arif, sama alit dll. tapi apa ??? gue harus minta followback atau gak gue harus ngetwit yang gak sesuai sama hati gue demi nyenangin followers gue. kaya paragraf yang alit tulis :


"Temen yang nggak menuntut buat dihibur kalo dia lagi sedih, seolah-olah gue ini badut ulang tahun. Temen yang nggak maksa mentionnya dibales lewat BBM." 


meskipun gak ada yang minta mentionnya gua balas, tapi gua sadar dunia maya udah ngubah gue untuk gak jadi diri gue sendiri. contohnya, di suatu keaadaan gue harus ngetwit yang motivasi orang, ya jelas itu untuk kesenangan orang, tapi itu gak sesuai dengan hati gue, tapi gue lakukan itu demi followers gue yang sedikit. Semua dilakukan untuk RETWEET, tapi gue sadar RETWEET adalah kesenangan bukan kebahagiaan. seperti kata bang Alit. 


Post kali ini mungkin bercerita tentang keaadaan gue di dunia maya. gue udah susah payah buat ngedongkrak popularitas gue di dunia maya, gue bikin blog udah lebih dari 3, bikin akun apa aja, apa aja udah gue lakuin. tapi tetep sia-sia. disaat bang alit udah punya semuanya dia emang sengaja ninggalin semuanya. demi sebuah kebahagiaan dia ninggalin sebuah kesenangan. tapi gue selalu berharap bang alit nggak ngebatasin interaksi nya gara-gara skripsi sama kuliahnya. 


Whyyyy ????
Dunia maya hah ???
Apa sih kurangnya ??? kita bisa ngelakuin apa yang kita mau , ngesearch, ngeshare, and ngepein aje bise. dari mana gue tau blog kalo gak ada dunia maya, dari mana gue punya lebih dari seratus software kalo gak ngesearch di dunia maya ??? dari mana gue update lagu  update postingan bang bena, alit, dan arif ??? dari mana gue tau suara bagus nya bang beboy, aji, adera, dan bang teddy(adit) ??? dari mana gue tau web site Nyunyu.com ??? dari mana gue tau karya yulian eka aditya, mumu, dan bizwud ? Semua dari dunia maya, kurang apa lagi coba ??? tapi satu hal yang semua orang tau kalo DUNIA MAYA ITU GAK NYATA 




THE END !!! Nggak ngerti ?? (sama gue juga)






Always enjoy in peace buddy :)

Sabtu, 26 Mei 2012

Cerpen keren Kawan

Yo wasappp.....
Kali ini gue mau bahas cerpen aja dah, waktu lagi iseng-iseng ngeseacrh gue nemu cerpen yang lumayan bagus dan kira-kira bisa dapat awards dari gue. Tapi gue gak plagiat kok tapii gak papa kali gue bagi cerita nya. tapi gue lupa pengarangnya siapa. tapi siapapun lo cerita lo bagus !!!


Hadiah Ulang Tahun

Ketika seorang ramaja berjalan dilorong tergelap hidupnya. Ketika dia ingin membunuh semua orang. Ketika dia berfikir bahwasannya membunuh adalah seni yang dilakukkan secara dingin dan saat dia berkata
“Jika seluruh orang di dunia ini menolaku karena dosa dan kebencianku. Maka seluruh orang di dunia akan MATI!”

DHUAK!
Kutendang batu besar di tepi jalan sampai terpental jauh. Kakiku cukup kuat kalau hanya untuk menendang batu besar. Menghancurkannyapun bukan hal yang sulit bagiku yang bertubuh kuat ini. Aku terus berjalan menuju rumahku. Matahari disaat siang begini memang sangat panas. Aku pulang sekolah sebelum waktunya karena aku sudah dikeluarkan dari sekolah. Baru saja kepala sekolah mengeluarkanku. Aku tidak terkejut dengan hal ini. Bagiku dikeluarkan dari sekolah bukanlah sesuatu yang gigantis. Berkelahi dan mematahkan tangan teman seperti yang tadi kulakukan pada Izar juga bukan hal yang gigantis bagiku. Aku mematahkan tangan anak itu dengan mudah, semudah kepala sekolah mengeluarkanku dari sekolah.


Aku terus berjalan menuju rumahku. Rumah besar yang hanya dihuni oleh aku dan ayahku. Saudara kembar dan ibuku sudah mati. Rumah putih yang sangat sunyi. Mugkin ini adalah kuburanku, bukan rumahku. Aku sampai di depan gerbang. Tinggi sekali pintu gerbang rumahku, mungkin sekitar 7 meter. Ayahku sudah menganggapku seperti binatang buas. Tidak ada yang membuka pintu gerbang ini saat aku pulang ke rumah, sama seperti pintu hati setiap orang yang selalu tertutup untukku. Kulompati pagar 7 meter itu dengan sekali loncatan. Senang juga punya tubuh seperti binatang buas. Dan aku tahu nanti aku harus diperlakukan seperti binatang buas lagi, karena aku telah dikeluarkan dari sekolah. Kubuka pintu rumahku yang besar, ayahku sudah menunggu, seperti menunggu binatang buas.

"Aku pulang! Tadi aku berkelahi dan...."
"Ayah sudah tahu. Kepala sekolah tadi sudah menghubungiku. Aku juga sudah mencari SMA baru untukmu. Biaya rumah sakit temanmu juga sudah kubayar. Lain kali jinaklah sedikit, kalau tidak ingin pindah kandang terlalu sering."
"Terima kasih ayah." Jawabku datar menganggapi ucapannya yang kejam. Ayah hanya membiayai hidupku tanpa peduli nasibku. Dia hanya memberi makan binatang buas dan memberinya kandang! Dan akulah binatang itu, anaknya sendiri. Kulihat dinding kamarku yang putih, kosong dan sepi. Aku berdiri , kulihat cermin besar yang ada di kamarku. Kutatap diriku yang ada di cermin dengan penuh benci! Kulihat diriku yang berkulit seputih kertas,dan mata sehitam malam. Kutahu tubuh ini adalah tubuh remaja yang sempurna, sekuat banteng merah dan setampan pangeran. Tapi bagiku semua ini tak ada artinya mengingat aku hanyalah raga dengan jiwa yang telah hancur, aku hanyalah mayat hidup! 

Pikiranku melayang, meratapi nasibku 7 tahun yang lalu. Awal penderitaanku, sebuah hari yang takkan pernah kulupakan. Hari di mana seluruh dunia mengutukku! Hari dimana jiwaku telah mati bersama adikku Aradas. Tujuh tahun lalu waktu usiaku masih sepuluh tahun, aku dan Aradas diculik. Kami yang masih kecil ini tak berdaya ketika ditangkap para penculik yang bertubuh besar dan kejam. Kami hanyalah anak kecil waktu itu. Kami disekap di gudang yang pengap dan tidak diberi makan. Aradas saudara kembarku tubuhnya jauh lebih ringkih dariku, dia tidak bisa bertahan. Dia meninggal di hari kedua kami diculik. Waktu itu kupikir ia tengah tertidur, para penculik lalu membawanya entah ke mana. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk Aradas. Para penculik khawatir aku juga akan mati! Mereka memberiku makan. Yang kutahu itu hanyalah daging biasa, aku tak tahu kalau itu adalah daging adik kembarku yang telah mati. Mereka memasaknya untukku dan memberikanya untukku dan memberi tahuku setelah aku selesai memakanya.
"Wah sepertinya kau makan dengan lahap. Waktu kecil ikan hiu memang memakan saudaranya agar tetap hidup. Sepertinya kau hiu yang ganas."
"Apa maksudmu ?" aku sungguh tidak mengerti maksud menusia culas di depanku. Manusia itu kembali terkekeh.

"Bodoh yang kamu makan itu adalah daging saudara kembarmu sendiri!"
"Apa?!" Sentakku kaget.

Emosiku langsung memuncak mendengar apa yang dikatakan penculik itu. Sebuah luapan emosi yang terlalu deras mengalir ke seluruh tubuh. Tubuhku langsung terasa panas! Sebuah keajaiban terjadi. Tubuhku menjadi sangat kuat! Aku mengerahkan seluruh tenaga. Tali yang mengikatku kuputus dengan mudah! Kupukul penculik di depanku itu dengan sangat keras, dan dia langsung MATI! Penculik lain ketakutan melihat kekuatanku. Mereka kubunuh satu-persatu dengan tenagaku yang kuat ini. Tak tersisa satu penculikpun malam itu. Mereka kubunuh dan mati. Aku berlari di gudang yang gelap itu. Kucari sisa mayat Aradas. Aku menemukan mayatnya dalam keadaan mengenaskan, kedua lengannya sudah tidak ada, jantungnya sudah diambil. Mereka pasti telah memasaknya untukku. Dasar penculik terkutuk!

Aku meninggalkan gudang yang gelap itu, lalu berjalan sambil menggendong mayat Aradas yang berlumuran darah. Tak terbayang seperti apa perasaanku saat itu, sedih dan takut yang terlalu kuat. Dingin sekali malam itu, gelap. Purnama terlihat sangat pucat. Wajahku bertambah putih, tubuhku menjadi kuat dan keras, mata dan rambut berwarna semakin hitam. Mungkin ini efek dari aku memakan saudara kembarku sendiri.

Kubuka pintu rumahku sambil menggendong Aradas. Kulihat ayah sedang kebingungan dan ibu sedang menangis. Mereka berdua terkejut melihatku yang berkulit seputih kertas, dan berdiri di depan pintu sambil menggendong mayat Aradas.

"Apa yang terjadi nak?" Tanya ibu dengan terkejut sambil menangis.
"Kami diculik bunda! Aradas dibunuh!" Jawabku tersedu-sedu sementara ayah masih terpaku, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Aku menaruh mayat Aradas, dan berlari dengan ketakutan ke arah ibu. Aku menangis sejadi-jadinya, lalu aku pingsan. Aku sudah tak bisa menahan tekanan mental yang terlalu berat ini.


"Rashova! Rashova!" Kudengar ayah memanggil namaku, memecah lamunanku.
"Ya, ada apa yah?" Jawabku sambil membuka pintu kamar.
"aku sudah mendaftarkanmu di SMA Putih, karena nilai akademismu tinggi kau langsung diterima, kau besok bisa langsung berangkat ke sekolah."
"Baik, ayah." Jawabku menutup pembicaraan

Sejak kematian Aradas, ayah tak pernah bicara lebih dari satu menit padaku. Sejak itu pula ibu menjadi sakit-sakitan dan mati 2 bulan setelah Aradas. Dia menyusul Aradas, anak kesayangannya dan meninggalkan aku. Rashova. Anak terkutuknya.

Hari ini aku masuk SMA Putih, SMA terbaik di kotaku. Aku akan masuk di kelas 11 S, sebuah kelas di SMA Putih. Menurut rumor di SMA Putih terdapat seorang siswa yang sangat kuat dan cerdas, tapi aku yakin aku jauh lebih hebat daripada anak itu. Entah seperti apa anak itu.

Kumasuki ruang 11S, hari pertama aku harus memperkenalkan diri di depan para siswa. Guru matematika menyuruhku untuk memperkenalkan diri sebelum pelajaran dimulai. Kuperkenalkan diriku di depan 20 siswa lainnya.
"Namaku Rashova, aku pindahan dari SMA Sains." Kataku setelah dipersilahkan guru
"Hobimu apa?" Tanya seorang siswi yang duduk di depan.
"Aku tak punya hobi, aku membenci segala hal di dunia ini. Tak ada yang kusukai!"
"Apa motto hidupmu?" seorang siswa yang ternyata seorang ketua kelas, turut melontarkan pertanyaan kepadaku.
"Aku tak punya hal-hal seperti itu. Hanya saja banyak orang yang ingin kubunuh, dan sedikit orang yang ingin kuhidupkan kembali." Kataku datar.

Suasana mendadak hening setelah aku katakan aku ingin membunuh banyak orang, dan tak ada yang bertanya lagi. Sekarang suasana semakin mencekam, aku duduk disalah satu bangku yang masih kosong. Beberapa anak tampak merinding melihatku yang berkulit seputih kertas, seputih hantu. Pelajaran pertama dimulai, matematika. Sebuah pelajaran yang sangat mudah dihadapkan padaku yang ber-IQ diatas 200. Aku bisa menemukan jawaban soal matematika hanya dengan melihatnya. Perhitungan kulakukan didalam pikiran, jauh lebih cepat dibanding di atas kertas atau kalkulator. Bagiku pelajaran terasa membosankan, aku putuskan untuk keluar kelas.
"Pak, maaf. Aku ingin keluar sebentar. Aku ingin pergi ke UKS, kepalaku sedikit pusing." Kataku berbohong.

"Oh ya, silahkan. Apa kamu tahu tempatnya?"
"Biar aku cari sendiri pak."
"Baiklah, silahkan keluar."
"Ya." Jawabku singkat.

Kutelusuri sekolah ini, aku ingin melihat-lihat. Mungkin saja ada yang menarik. Sekolah ini cukup bagus juga. Di sekolah banyak pohon besar, gedung-gedungnya juga megah. Lalu aku berjalan disebuah koridor, kulihat segerombolan kakak bertubuh besar sedang nongkrong disana. Sepertinya mereka preman sekolah. Tapi aku tak takut, aku tetap lewat koridor itu.
"Sepertinya ada anak baru!" kata seorang dari mereka.
"Padahalmasih baru, tapi sudah nakal ya? Berani beraninya keluar kelas di saat jam pelajaran begini." sahut yang lain.

"Sebaiknya kita saja yang memberi pelajaran pertama pada anak ini, serahkan uangmu anak kecil!"
"Minggir!" ucapku sinis
"Wah berani sekali anak ini! Ayo serahkan uangmu!" Seorang dari mereka membentakku sambil menarik kerahku.
"Singkirkan tanganmu a*****, atau kau pulang dengan satu kaki."
"Wah anaka ini benar-benar kurang ajar!" kata seorang dari mereka, perkelahianpun dimulai. Aku dikeroyok lima anak dihari pertamaku, perkelahian ini tak terhindarkan.
Mereka semua hanya bertubuh besar tapi sangat lemah. Perkelahian kuselesaikan hanya dalam lima menit. Tapi aku tidak sampai mematahkan tangan mereka. Aku tidak mau dikeluarkan lagi dari sekolah. Mereka hanya kuhajar sedikit. Kuancam mereka agar tidak melapor. Lagipula siapa yang percaya lima siswa bertubuh besar dihajar oleh anak baru kelas 11.

Aku kembali ke dalam kelas. Berikutnya pelajaran kimia. Di saat pelajaran entah kenapa aku terpikir sesuatu, entah kenapa aku takut ada yang tahu tentang masa laluku. Aku harus mencegah hal ini terjadi, saat jam istirahat berikutnya aku harus melakukan sesuatu. Aku harus jadi penguasa di sekolah ini, agar tak ada yang berani mencari tahu masa laluku yang kelam. Jam istirahat berbunyi, aku maju ke depan kelas.

Druak! Kupukul tembok sampai retak! Suaranya sangat keras dan membuat semua anak ketakutan!
"Kalian semua dengarkan aku! Mulai sekarang,aku, Rashova akan menjadi penguasa kalian dan kalian semua harus tunduk padaku atau kuhajar kalian satu persatu!"
"Hey, kau hanya anak baru! Mau cari gara-gara ya?!!" seorang siswa mencoba melawan. BRUAKH! Kupukul anak itu sampai terpental dua meter! Cukup untuk membuatnya kesakitan.
"Semua yang melawanku akan kubuat menderita! Ingat itu baik- baik!" kecamku.

Bug! Tiba tiba seseorang menendangku dengan sangat kuat dan cepat! Aku bahkan tak sempat melihat gerakannya, aku terbentur ke tembok. Tubuhku rasanya remuk. Belum aku berdiri, dia sudah menginjak kakiku lalu dia memelintir tanganku, dan memukul perutku dengan sangat keras. Gerakan anak itu begitu cepat, aku tak berkutik, tak bisa menangkis serangannya. Aku tersungkur memegangi perutku yang kesakitan karena pukulannya yang sekeras tendangan kuda.
"Kau anak itu ya? Aku tadi melihatmu menghajar lima orang senior kita!" katanya dengan tenang dan tanpa emosi.

"Siapa kau?!" kataku terbata-bata karena badanku yang terasa remuk!
"Aku Ares, aku juga siswa di sini. Kau bertingkah kurang ajar, jadi harus kuhentikan. Maaf ya." kata katanya sangat tenang, air mukanya sangat santai bahkan detak jantungnya tidak berubah saat menghajarku. Baru pertama kali aku bertemu dengan orang seperti ini.
"Lain kali kau pasti kuhajar! Ingat itu brengsek!"
"Terserah… aku hanya mengingatkanmu. Oh ya aku juga tahu masa lalumu."
"Apa?! Mustahil, mana mungkin?" sebuah pernyataan itu membuatku terhenyak.
Dia pergi keluar kelas, lalu kulihat dia melompat ke lantai limahanya dalam satu kali lompatan. Orang itu kuat sekali, perutku masih terasa sakit menerima pukulannya tadi yang sekuat kuda. Baru kali ini ada orang yang bisa membuatku kesakitan. Aku juga penasaran, bagaimana mungkin dia tahu masa laluku. Apa dia hanya menggertak, tapi dilihat dari matannya dia serius. Sial.

Jam pulang sekolah berbunyi. Aku pulang ke rumah berjalan kaki. Luka karena dihajar Ares memang cukup parah, tapi tubuh istimewaku ini lebih cepat pulih dari pada tubuh orang biasa. Sebelum aku sampai di rumah, luka-lukaku sudah sembuh. Tapi rasa kesal karena dikalahkan Ares masih bergejolak. Aku menggerutu terus sepanjang jalan, ingin kulampiaskan emosiku tapi entah pada siapa.
Di tengah perjalanan aku dihadang seorang preman, badan preman itu penuuh tattoo. Dia berjalan sedikit sempoyongan, sepertinya setengah mabuk. Dilihat dari gelagatnya dia berniat memerasku.
"Heh bocah! Mana dompet?" katanya sempoyongan. Hari ini aku sedang sangat kesal,aku bahkan tak berminat menjawab omongannya, langsung saja kulampiaskan emosiku pada orang ini. Kuhajar habis-habisan, kupukul dia sekuat tenaga. Pukulanku mungkin membuat lambungnya pecah, tapi aku tak peduli karena aku sedang kesal. Dasar anjing kali ini pulanglah kau dengan satu kaki, geramku sambil terus menghajarnya. Kedua tulang keringnya kupatahkan, darahnya mengucur banyak sekali. Kutinggalkan preman ini begitu saja setelah puas menghajarnya. Sebenarnya aku juga ingin mencongkel matanya sekalian, tapi kupikir hanya mengotori tangan putihku saja.

Sampai di rumah aku langsung melompat ke lantai dua rumahku, berdiri di balkon sejenak. Lalu masuk ke kamarku yang besar. Di dalam kamar kepalaku terus berfikir bagaimana carannya mengalahkan Ares yang kuat itu. Sejenak kulihat lemariku yang besar kemudian aku teringat pernah membeli pistol dan kusimpan di sana. Aku lalu membuka lemari itu. Kulihat sebuah pistol berwarna perak. Pistol inilah yang akan menembus kepala Ares. Aku harus membawanya besok. Aku tak bisa membiarkan ada orang yang lebih kuat dariku berkeliaran disekolah yang sama denganku. Akan kubunuh dia sepulang sekolah esok.

Hari esok yang kunanti telah tiba. Hari ini akan kubunuh Ares! Dendam adalah hidangan lezat jika disajikan secara dingin. Akan kubunuh dia dengan kejam! Akan kutembak kepalanya berkali-kali! Lagipula dia tahu masa laluku,walau entah benar atau tidak. Tapi yang jelas hari ini Ares harus mati! Aku langsung berangkat ke sekolah, melompat turun dari balkon kamarku di lantai dua. Aku langsung berada di halaman rumahku yang luas, berlari melompati pagar rumah setinggi tujuh meter dengan gerakan yang lancar seperti biasanya. Sampailah aku di depan jalan depan rumah. Siap untuk membunuh Ares!

Aku berjalan ke sekolah dengat niat membunuh, bukan belajar. Riang sekali aku pagi ini karena orang yang lebih kuat dariku akan segera kubunuh. Aku melewati jalan di mana aku kemarin menghajar preman habis-habisan. Pasti preman itu sekarang sudah mati, tak mungkin dia bertahan hidup dengan luka–luka yang kubuat. Tiba-tiba sekelompok orang berpenampilan preman berjalan cepat dan menghampiriku. Salah seorang dari mereka langsung memukul kepalaku dengan tongkat besi, aku langsung pusing. Preman yang lain tak ketinggalan menghajarku. Aku tak berkutik, serangan mereka terlalu mendadak. Aku juga kalah jumlah, mereka terlalu banyak. Aku tak sempat mengambil pistolku yang terlempar bersama tasku saat dipukul tadi. Aku sempoyongan, hampir tak sadarkan diri. Tiba tiba kulihat seseorang bergerak dengan sangat cepat menolongku dari serangan yang lebih mematikan! Tapi setelah itu aku pingsan dan tak tahu apa-apa lagi.

Sadar – sadar aku sudah ada di rumah sakit. tubuhku penuh denganm luka bacok. Rasanya aku hampir mati, ternyata seperti ini ya rasanya dihajar habis-habisan. Sakit sekali. Anehnya lagi ada yang peduli padaku dan membawaku ke rumah sakit. Padahal ayahku saja tak peduli jika aku sakit. Di saat aku masih penasaran siapa yang membawaku ke sini seorang dokter masuk.

"Wah syukurlah kamu sudah sadar." ucap dokter mengawali pembicaraan.
"Siapa yang membawaku ke sini dok?"
"Teman SMA-mu, tapi dia matanya terluka. Meski tadi sempat dioprasi tapi matanya sudah terlanjur buta. Katanya dia terluka karena harus berkelahi sambil melindungimu yang tengah pingsan. Matanya jadi sasaran bacokan golok para preman."
"Apa? Ada yang menolongku sampai segitunya? Memang siapa nama anak yang menolongku?"
"Oh karena kamu tadi pingsan jadi tak tahu ya? Kalo tidak salah tadi namanya Ares."
"Ares?" mendengar nama itu aku lemas.
"Iya bersyukurlah kamu punya teman sebaik dia. Jarang ada orang mau melindungi temanya sampai sejauh ini. Sudah dulu ya, sebentar lagi saya ada jadwal operasi."


Darahku langsung mengalir deras begitu mendengar nama Ares disebut. Hancurlah harga diriku, orang yang ari ini akan akan kubunh justru menyelamatkan nyawaku. Mahluk macam apa aku ini?! Payah. Rasa dosa merengkuh jiwaku. Rasa dosa yang sama besarnya seperti yang dulu kurasakan saat memakan daging Aradas.


tok-tok.



Seseorang memasuki kamarku lagi. Kali ini yang masuk adalah orang yang baru kukenal kemarin dan ingin kubunuh pagi tadi. Tapi dia justru menyelamatkan nyawaku pagi ini juga.
"Jadi kamu sudah sadar?" sapa Ares tanpa tersirat penyesalan karena matanya telah buta untukku.

"Jadi benar yang tadi itu kau?"
"Dokter sudah bilang ya? Huh,sudahlah tak usah dibahas,anggap saja tidak ada apa-apa."
"Bodoh! Untuk apa kau menyelamatkanku?! Aku ini musuhmu! Asal kau tahu saja tadi pagi aku berniat..."
"Membunuhku kan?"
"Apa? Mana mungkin kau tahu?" aku terkejut.
"Kita sama-sama anak istimewa. Kau anak ber-IQ tinggi dan bertubuh kuat. Aku juga sama denganmu. Lebih dari itu aku juga bisa membaca pikiran orang lain. Aku tahu kau kan membunuhku, aku juga tahu tragedi yang menimpa Aradas. Aku juga tahu rasa takut yang kau rasakan malam itu. Aku tahu masa lalumu. Persis seperti yang kukatakan padamu kemarin."
"Tak kusangka kau tahu sejauh itu."
"Aku juga tahu ,jauh di dalam hatimu kau sebenarnya anak yang baik. Karena itulah aku menolongmu."
"Jangan bercanda. Mana mungkin aku baik. Aku ini jahat. Aku yang telah memakan mayat Aradas. Aku juga yang telah menyebabkan ibu mati. Aku juga yang ingin membunuhmu!"
"Percayalah, aku tahu kau sudah terlalu lama berjalan di gua masa lalu yang kelam. Karena itulah kau dapat melihat cahaya harapan di masa depan, selemah apapun itu."
"Jangan bicara sembarangan!"
"Pada dasarnya kau takut, jika kau kembali menjadi baik kau tetap dibenci dan ditolak oleh semua orang. O leh teman temanmu,olehku, dan oleh ayahmu. Lalu kau berlari ke arah kejahatan, agar kau tidak merasakan rasa kecewa yang kau takutkan ini."
"aku tak seperti yang kau pikirkan! Jangan mentang mentang kau telah menyelamatkan nyawaku kau bicara seenaknya!"
"Tapi itulah yang kau pikirkan. Aku bisa membaca pikiran orang lain ingat?" dia menghela nafas sejenak. "Kau jadi penjahat terhebatpun pada akhirnya yang tersisa hanyalah kekosongan. Percayalah. Kejahatan takkan pernah menghasilkan apapun. Takut akan kecewa, lari dari kenyataan. Huh! Hanya pengecut yang takut pada rasa kecewa dan lari dari kenyataan. Kau tidak hidup di masa lalu!"
"Aku bukan pengecut!!!!" Aku berteriak dengan sisa-sisa tenagaku. Kerongkonganku kering.
"Kalau begitu jadilah anak baik. Akan kutunjukan jalanmu. Lekas sembuh. Sebuah kedamaian dan ketenangan menunggumu."
"Aku tak tahu kau ini sebenarnya siapa."
"Aku bukan siapa-siapa. Aku juga tidak ingin menjadi siapa-siapa. Aaku juga tidak ingin apa-apa. Asalakan hidupku tenang bagiku itu sudah cukup. Sampai nanti, Rashova."
"Maaf soal matamu." akhirnya hanya kata-kata itu yang terlontar dari mulutku.
"Oh ya tak apa. Mata kiriku masih cukup untuk melihat kedamaian di SMA Putih." ucapnya seraya meninggalakan kamarku.

Kata-kata Ares terus terngiang di kepalaku. Aku sadar dia sepenuhnya benar. Aaku takut kecewa jika jadi anak baik. Aku takut jika aku kembali ke jalan yang benar sudah tak ada yang tersisa untukku. Selama ini aku hanyalah lari dari kenyataan. Aku hanya pengecut yang genius dan bertubuh kuat. Aku hanyalah singa berhati tikus.
Tiga hari sudah aku di rumah sakit. Tubuhku yang istimewa ini pulih dengan cepat meski luka yang kuderita cukup parah. Hari ini aku akan berangkat ke sekolah. Tapi kali ini ada satu hal yang berbeda. Sudah kuputuskan aku akan menjadi anak yang baik, tak peduli entah nantinya ayahku atau teman temanku menerima perubahanku ini atau tidak. Yang pasti aku akan berubah jadi anak yang baik. Ares pasti akan membantuku, mengingat dia bahkan rela matanya buta untuk nyawaku. Baru sepuluh menit aku berjalan kaki, tiba tiba terjadi sebuah penjambretan di depanku. Seorang gadis dari SMA lain kalungnya direbut paksa oleh dua orang penjambret. Kali ini aku akan melakukan kebaikan pertamaku. Kuambil batu sebesar bola bisbol di dekatku lalu kelemparkan batu itu ke kedua penjambret yang tengah kabur dengan motornya. Dua ratus meter jarak penjambret itu dariku, batu yang kulempar melayang sejauh itu pula. Batuku menghantam dengan keras lengan penjambret yang mengendarai motor. Mereka langsung jatuh tersungkur.
"Eh kalung ini milikmu kan?" kataku seraya menyerahkan kalung itu
"Ya ampu... Terimakasih. Seragamu itu, kamu Ares ya? Katanya di SMA putih ada siswa kuat bernama Ares. itu kau?"
"Oh bukan. Ares itu temanku, aku hanya siswa baru di sana."
"Oh begitu, ternyata di SMA putih ada dua anak hebat ya. Oh ya aku Rhea,namau siapa?"
"Aku Rashova, sudah dulu yah! Aku harus bernagkat, ada urusan penting. Sampai nanti." ucapku seraya berlari ke arah sekolah.

Sesampainya di sekolah, aku melihat Ares. Dia tersenyum melihatku. Sepertinya dia sudah membaca pikiranku dan tahu apa yang sudah kualami. Selamat pagi Ares kataku dalam hati. Kutahu dia bisa mendengar sapaanku dengan membaca pikiranku. Aku masuk ke ruang kelas seperti biasanya. Mulai sekarang aku akan menjadi anak baik. Meski sadar aku tak kan pernah menyamai Ares.

Waktu terus berputar, sang takdir mulai menunjukan wujudnya. Perubahan watakku disambut baik oleh setiap orang. Aku mulai hidup tolong-menolong dengan teman-teman. Aku tak pernah berkelahi lagi. Aku hidup layaknya anak SMA pada umumnya. Sikap ayah padaku juga tak sedingin dulu, sekarang aku dan ayah lebih sering mengunjungi makam Aradas dan ibu. Hidupku tak segelisah dulu. Meski rasa dosa karena terhadap Aradas masih ada, tapi rasa itu tak seganas dulu. Aku hidup tenag dan damai, seperti yang dikatakan Ares.

Lima hari lagi Ares berulang tahun. Aku belum pernah memberi hadiah ulang tahun pada orang lain sebelumnya. Kuputuskan untuk keluar rumah untuk mencari hadiah yang layak untuk Ares. Aku mulai berjalan melewati pinggiran rel kereta api dekat daerah kekuasaan premanyang dulu pernah mengeroyokku. Kuharap mereka telah jera dan tak kan mengganggu orang lagi. Kulewati tempat itu sambil mengingat apa yang dulu terjadi padaku di sini. Seseorang berjalan mendekatiku dengan cepat saat aku tengah melamun, aku tak menyadarinya.

JLEB. Tahu-tahu dia mengeluarkan belati dan menusukku dari belakang. Aku tak sempat menghindar. Aku berlumuran darah. Dia masih belum puas, aku yang sudah tak berdaya kembali ditusuk. Perutku terkena serangan belatinya. Setelah itu dia berlari, menghindari amukan masa yang telah melihat perbuatannya padaku. Tiba-tiba Ares datang! Melihat apa yang telah terjadi, ia menjadi geram dan mengejar preman itu dengan sangat cepat. Hanya tujuh detik preman itu berhasil dikejar. Dengan sangat beremosi Ares memukul perut preman itu. Si preman terlihat sangat kesakitan menerima pukulan Ares yang sekuat tendangan kuda. Ares lalu menendang preman yang sudah tek berdaya itu ke kereta api yang kebetulan melintas! Tubuh preman itu hancur seketika tertabrak kereta.
"Rashova! Kau tidak apa-apa?!" tanya Ares gusar. Aku tak bisa menjawab. Kesadaranku menurun karena aku terlalu mengeluarkan banyak darah. Aku pingsan dan dibawa kerumah sakit oleh Ares. Sadar-sadar aku sudah di rumah sakit. Luka di perutku sangat parah. Ususku robek terkena tusukan belati. Aku dirawat di rumah sakit berhari-hari,namun kali ini banyak teman-teman yang menjengukku. Ayah juga sering menjenguk. Aku tahu usiaku sudah tidak panjang lagi. Ususku yang robek sudah mulai membusuk dan harus dibuang sebagian.

Di sebuah malam yang sunyi aku tak bisa tidur. Aku takut jika aku tidur aku tak bisa bangun lagi. Kupaksakan tubuhku yang lemah ini untuk bangun. Kulepas semua peralatan kesehatan yang membantukku hidup. Kuambil sebuah pena dan kertas, rasanya aku besok sudah pasti mati. Tak mungkin tubuh ini terus bertahan sampai besok. Berbagai penyesalan datang silih berganti. Sedih sekali rasanya harus mati. Aku teringat baru beberapa minggu jadi anak baik. Dan sudah berapa lama ku menjadi anak jahat. Yang dulu kulakakukan, lebih dari sebuah ‘kenakalan remaja’. Tapi yang kulakukan sudah tergolong ‘kejahatan remaja’. Entah apa yang akan kualami di akherat nanti. tapi sekarang aku harus lakukan apa yang bisa kulakukan. Kutulis pesan terakhir di secarik kertas.


Ayah, Ares, teman-teman semuanya... maaf ya. Maafkan aku atas segalanya. Maafkan aku atas Aradas, maafkan aku atas kejahatanku selama ini. Aku telah gagal menjadi anak yang baik. Dan sekarang kesempatanku telah habis…

 Ares, maaf ya aku besok tak bisa ikut merayakan ulang tahunmu. Oh ya, meski aku tidak ikut tapi aku akan tetap memberimu sebuah kado. Tenang saja kadoku takkan merepotkan, karena aku akan memberikan mata kananku. Ambilah mata ini agar hutangku sedikit terbayar, dan agar aku tenang di sana. Oh ya tolong ya doakan aku, semoga nanti “di sana ” aku bisa bertemu Aradas dan Ibuku…


Kurasakan badanku semakin melemas. Tak ada tenaga untuk menggerakkan badanku lagi. Kakiku terasa dingin, dingin sekali seperti aku sudah tidak memilikinya. Nafasku mulai tersedak, dan aku sadar, inilah ujung dari hidupku…

Aradas… ibu… Aku datang….
THE END



Enjoy Readers !